Rupee Terus Turun, Investor Masih Khawatir APBN Jebol?




Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah mempertimbangkan pelemahan nilai tukar rupee terhadap dolar AS yang berada di kisaran Rp 16.400 dalam beberapa hari terakhir, lebih disebabkan oleh sentimen negatif pelaku pasar keuangan terhadap isu global.

Mereka tidak lagi fokus pada isu kesinambungan fiskal negara, yang membuat nilai tukar rupiah terus berada di atas Rp 16.400/US sejak pekan lalu. Hal ini wajar karena pada awal pekan ini pemerintah dan tim sinkronisasi Presiden terpilih Prabowo Subianto menggelar konferensi pers untuk membantah kekhawatiran pelaku pasar keuangan terhadap APBN 2025.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah saat ini banyak didorong oleh sentimen negatif global, mulai dari tensi geopolitik yang masih tinggi di berbagai negara hingga krisis ekonomi global. tren suku bunga acuan tinggi yang juga akan terus berlanjut.

“Kalau rupee saat ini tensi geopolitiknya tinggi, di sisi lain kita masih melihat kondisi pasar global masih berwarna-warni, apalagi long,” kata Febrio saat konferensi pers APBN secara online, Jumat (28/06/2024). .

Menurut dia, sentimen yang sangat ditekankan oleh para pelaku pasar keuangan adalah potensi suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Fed Funds Rate, tidak akan turun dengan cepat pada tahun ini.

“Jika ekspektasi pasar direvisi beberapa kali pada tahun ini dan konsensus akhir adalah satu Fed Fund rate untuk tahun 2024, tentu akan ada ketidakpastian sehingga kita harus terus melakukan antisipasi,” tegasnya.

READ  Ternyata 43% portofolio Warren Buffett ditempatkan di saham ini

Soal sentimen negatif di dalam negeri, Febrio tak ambil pusing. Ia hanya menegaskan berbagai faktor pendorong laju perekonomian dalam negeri masih berjalan baik. Dia mencontohkan kinerja neraca perdagangan yang masih menunjukkan surplus.

Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar USD 2,93 miliar pada Mei 2024, memperpanjang tren surplus perdagangan Indonesia selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

“Pada tahun 2023, ekspor dan impor kita relatif selalu berada pada wilayah pertumbuhan negatif. Tahun 2024 ini akan terus berlanjut dan kita berharap akan terus berlanjut, terutama di sisi ekspor sudah mulai cukup positif,” kata Febrio.

“Meskipun masih dibayangi oleh perekonomian global, terutama negara tujuan ekspor kita seperti Tiongkok, India dan sebagainya, kami masih melihat prospek sisi manufaktur kita akan mulai lebih banyak mengekspor dan tumbuh positif pada tahun ini. Jadi itu akan menjadi faktor positif,” tegasnya.

Rupiah berhasil ditutup menguat tipis pada perdagangan Kamis (27/06/2024) dan berhasil menembus level psikologis Rp 16.400/US$. Seiring dengan indeks dolar AS yang juga turun tipis 0,06% menjadi 105,98.

Rupiah ditutup pada Rp 16.395/US$, atau naik tipis 0,03% hari ini, menurut data Refinitiv. Penguatan hari ini berbanding terbalik dengan pelemahan kemarin sebesar 0,18%.

Kekhawatiran pelaku pasar terhadap keberlanjutan kebijakan fiskal tahun 2025 tampaknya mulai mereda setelah dilakukan konferensi pers pada Senin (24/06/2024) mengenai kondisi perekonomian saat ini dan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun 2025 ( APBN /US$) sebelum jatuh lagi ke level tertinggi Rp 16.400/US$ di hari-hari berikutnya.

Dalam jumpa pers, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, ⁠Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Anggota Tim Satgas Sinkronisasi Pemerintah Bidang Keuangan Thomas Djiwandono memastikan pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka akan tetap menjalankan APBN 2025 secara prudent, termasuk terus menerapkan APBN 2025 dengan penuh kehati-hatian. menetapkan batas defisit paling banyak sebesar 3% dari produk domestik bruto (PDB) dan rasio utang terhadap PDB sebesar 60%.

READ  Bank Raya terus dukung penerimaan bisnis QRIS - Fintechnesia.com

Mereka menyoroti pengumuman tersebut sebagai bantahan terhadap rumor yang beredar dalam beberapa pekan terakhir bahwa pemerintahan Prabowa akan menaikkan rasio utang Indonesia terhadap PDB menjadi 50%, sebuah tanda bahwa defisit APBN akan melebihi batas 3% dalam undang-undang keuangan negara. PDB.



Artikel lain

RI kembali mengalami defisit, Rupiah melemah ke Rp 15.640/US$


(ha ha ha ha)

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *